Posts Tagged With: mitigasi

Mitigasi Bencana

Kita telah melihat sebelumnya bahwa mitigasi bencana adalah tindakan atau langkah-langkah yang dilakukan untuk mengurangi dampak dari bencana.

Mitigasi BanjirMungkin masih segar di ingatan kita akan banjir yang terjadi di Jakarta pada awal tahun 2013. Banjir tersebut cukup merata hampir di seluruh wilayah Jakarta, dari perkampungan hingga kompleks Istana Kepresidenan pun kebanjiran. Curah hujan yang cukup tinggi membuat sungai dan waduk meluap. Tanggul pun jebol karena tak mampu menampung banyaknya air. Menurut para ahli, banjir seharusnya tidak terjadi karena intensitas hujan yang tinggi, lalu pertanyaan adalah kenapa Jakarta menjadi “langganan” banjir? Belajar dari pengalaman banjir tersebut, Gubernur Provinsi DKI Jakarta pun segera mengambil tindakan serta langkah-langkah untuk mengatasi / mengurangi dampak banjir yang “biasanya” selalu terjadi di Jakarta. Yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta itulah yang dinamakan dengan mitigasi bencana atau bisa juga dikatakan sebagai tindakan pencegahan.

Dari contoh banjir di atas dengan jumlah kerugian yang dialami, kita bisa menilai bahwa mitigasi sangat penting dilakukan oleh semua pihak yang berkepentingan.

Tindakan atau langkah-langkah mitigasi bencana bisa dilakukan secara struktural (misalnya membuat waduk) atau non-struktural (misalnya penggunaan zonasi lahan).

Berikut adalah beberapa contoh mitigasi bencana (yang dalam beberapa hal bisa juga masuk dalam kategori pencegahan) secara struktural:

  1. Mitigasi untuk banjir antara lain dengan membuat waduk, sumur serapan, revitalisasi sistem drainase, normalisasi sungai, dan sebagainya.
  2. Mitigasi untuk tanah longsor antara lain membuat parit di permukaan tanah, membuat beton dinding diafragma, membuat jangkar tanah, perbaikan tanah, dan sebagainya.
  3. Mitigasi untuk gempa bumi antara lain merancang struktur bangunan yang tahan gempa, evaluasi seismik bangunan dan komponennya, meningkatkan ketahanan gempa untuk bangunan  yang ada serta fasilitas infrastruktur, dan sebagainya.
  4. Mitigasi untuk kekeringan antara lain membuat bendungan dan waduk untuk bisa memasok air tambahan pada musim kering, desalinasi air laut, membuat kanal atau mengarahkan air sungai sebagai sumber irigasi di daerah rawan kekeringan, dan sebagainya.

Berikut adalah beberapa contoh mitigasi (dalam beberapa hal bisa masuk juga dalam kategori pencegahan) non-struktural:

  1. Pemetaan resiko bencana atau ancaman bahaya.
  2. Meningkatkan upaya penggunaan lahan dan zonasi.
  3. Program peningkatan kesadaran masyarakat untuk mitigasi bencana.
  4. Membuat data nasional tentang sumber daya medis, dan sebagainya.
Categories: Manajemen Bencana | Tags: , , , , , , , , , | 3 Comments

Apa itu Manajemen Kebencanaan ?

Setelah melihat contoh-contoh bencana, kita jadi berpikir apa yang harus dilakukan ketika bencana itu terjadi. Kita tahu bahwa bencana mengakibatkan kerugian kepada siapapun yang mengalaminya. Bahkan bencana juga bisa mengakibatkan trauma yang berkepanjangan. Apa yang harus kita lakukan dalam menghadapi dan menanggulangi bencana ?

Sedia payung

Peribahasa mengatakan sedia payung sebelum hujan. Payung yang harus kita sediakan pun harus sesuai dengan kebutuhan, misalnya untuk hujan yang sangat deras disertai angin yang kencang tentu kita akan memilih untuk memakai payung yang cukup besar sehingga tidak basah dan payungnya tidak terlipat ke atas ketika ditiup angin.

Peribahasa di atas sangat cocok dipakai untuk menghadapi bencana. Kita tahu bahwa bencana bisa disebabkan karena faktor alam, faktor manusia dan faktor non-alam atau sosial. Nah sekarang kita harus bisa menentukan “jenis atau ukuran serta warna payung” apa yang harus dipakai pada saat terjadi bencana?

Berdasarkan pemikiran seperti di atas dan pembelajaran dari pengalaman bencana sebelumnya, maka munculnya apa yang dinamakan Manajemen Kebencanaan. Pada awalnya ada tiga hal yang ada dalam manajemen kebencanaan ini, yaitu kesiapsiagaan, respon dan pemulihan untuk mengurangi dampak dari bencana. Pada perkembangannya, dalam tahap kesiapan ini secara garis besar dibagi menjadi mitigasi, pengurangan resiko dan pencegahan.

Berikut kita melihat secara garis besar apa yang dimaksud dengan:

Manajemen Kebencanaan: cara / ilmu yang dilakukan dan dikelola melalui suatu proses yang sistematis untuk menghadapi bencana dan mengurangi dampak yang ditimbulkan serta bagaimana untuk terus dapat melanjutkan kehidupan setelah bencana tersebut.

Mitigasi: tindakan atau langkah-langkah yang dilakukan untuk mengurangi dampak dari bencana.

Pencegahan: bagaimana cara menghindar dari ancaman bencana

Pengurangan resiko: cara yang sistematis untuk mengurangi resiko yang ditimbulkan pada saat bencana berdasarkan resiko dan kajian tentang bencana yang ada

Kesiapsiagaan: kesiapan pemerintah, organisasi/lembaga profesional, masyarakat dan perorangan dalam mengantisipasi kemungkinan bencana yang terjadi, kesiapan untuk merespon ketika bencana itu terjadi serta bagaimana cara untuk memulihkan keadaan secara efektif setelah bencana terjadi.

Respon: pemberian layanan dan bantuan pada saat bencana terjadi dengan tujuan utama untuk menyelamatkan nyawa, mengurangi dampak penyakit atau yang berhubungan dengan kesehatan, memberikan layanan kesehatan dan memberikan bantuan kebutuhan dasar yang sangat dibutuhkan oleh penduduk yang terkena dampak bencana.

Pemulihan: tindakan atau langkah-langkah yang dilakukan untuk memperbaiki kondisi masyarakat yang terkena bencana serta melakukan upaya untuk mengurangi resiko yang mungkin akan terjadi lagi.

Ke depannya kita akan melihat lebih mendalam tahap-tahap yang dilakukan dalam manajemen kebencanaan ini.

Categories: Manajemen Bencana | Tags: , , , , , , , , , | Leave a comment

Blog at WordPress.com.